Mengenal Premana, Perempuan Pertama Kepala Observatorium Bosscha

Jumat, 27 Desember 2019
08:53 WIB
1445 Views
Bagikan Berita Ini
Mengenal Premana, Perempuan Pertama Kepala Observatorium Bosscha
Dra. Premana W. Premadi (tengah), perempuan pertama yang menjadi Kepala Observatorium Bosscha.

TANJUNGPINANG - Tak banyak perempuan di dunia astronomi. Dra. Premana Wardayanti Premadi, Ph.D salah satu perempuan, di gemerlap dunia yang digeluti kaum adam. Tak sembarangan, ia adalah perempuan pertama yang menjadi Kepala Observatorium Bosscha.

Sejak kecil perempuan yang akrab disapa Nana ini memang senang dengan matematika. Sekolah dasar yang separuhnya ia lalui di Palembang, dan separuhnya lagi di Jakarta, ia lalui dengan penuh kecintaan pada matematika.

Tak hanya itu, dia juga senang memandangi indahnya langit. Otaknya dipenuhi banyak pertanyaan tentang langit. Hingga tamat SMA, Nana tak tahu ada profesi yang namanya Astronom. Hingga ia harus mendaftar perguruan tinggi.

“Nah, tapi saya tahu saya ingin science. Kalo nggak fisika, geologi. Ketika pilih jurusan, ternyata ada astronomi. Jadi saya pilih, saya item-itemin. Satu lagi pilih kedokteran. Lalu lulus pilihan pertama,” ujar Nana dibawah terik matahari pada Festival Gerhana Matahari Cincin, di Laman Boenda, Tanjungpinang.

Kuliah astronomi, Nana semakin jatuh cinta pada dunia itu. “Astronomi mempelajari alam semesta secara science. Ada banyak cara orang untuk melihat alam semesta. Orang astronomi melihat langit itu semua dipertanyakan. Itu yang membuat merasa humble, bahwa manusia itu kecil. Bumi itu kecil. Tapi dilain pihak kita diberi anugerah kecerdasan,” jelas wanita berkacamata ini.

Tapi sayangnya tak banyak perempuan di dunia astronomi. Nana beberapa kali sempat diberi kesempatan, untuk menjadi narasumber, mendorong perempuan-perempuan muda untuk menyukai astronomi.

“Karena memang di dunia memang sedikit perempuan yang di astronomi atau fisika, matematika sedikit. Tapi menurut saya ‘dunia ini’, dunia yang layak untuk dipelajari semua, lelaki, perempuan, besar, kecil,” sebut lulusan S3 University of Texas ini.

Nana memang berharap kedepan, semakin banyak kaum hawa yang menggeluti astronomi. Apalagi sejak zaman belum ada computer, para perempuanlah yang biasa menghitung untuk keperluan astronomi di Amerika sana.

“Ketika awal astronomi menjadi modern, di Amerika itu yang mengamat pria. Tapi yang menghitung, yang menganalisa, yang melakukan hitungan, yang teliti membuat tabel data adalah perempuan. Sebelum ada komputer, malah mereka disebut ‘the computer’. Perempuan punya kemampuan melihat data secara seksama,” tambah Nana.

Apalagi kini astronomi semakin banyak kaitannya dengan dunia modern. “Karena nomor satu, kita semakin besar kebergantungan sama alam. Kita punya teknologi, mau listrik bertenaga surya, pemanasan global, badai antariksa. Aktivitas matahari itu sangat mempengaruhi teknologi kita. Sinyal jelek, online banking itu ada pengaruh juga dengan alam,” terang Nana penuh semangat.

Karena itu ia senang mengikuti acara seperti Festival Gerhana Matahari Cincin, di Tanjungpinang ini. Disini ia gemar berbagi ilmu tentang astronomi. Ia berharap, dari sekian banyak anak-anak yang hadir, setidaknya kedepan ada yang jatuh cinta pada astronomi. (Novyana)